Perilaku atau sikap yang muncul dalam kehidupan sehari-hari terkadang tanpa disadari pasangan bisa menyebabkan salah satu pihak tersakiti. Ketika perilaku buruk ini dilakukan suami atau istri secara terus-menerus bukan tidak mungkin salah satu pihak yang merasa sakit hati pada akhirnya memilih meninggalkan pernikahan.
Dari banyak sikap dalam kehidupan sehari-hari, tiga perilaku berikut ini bisa menjadi racun penyebab keretakan rumah tangga
1. Membentak Pasangan
Saat Anda marah, biasanya intonasi suara saat berbicara juga akan meninggi. Membentak pasangan pun biasa terjadi ketika emosi sudah memuncak.
Saat emosi memuncak, Anda memang butuh cara untuk menyalurkannya. Jika Anda mengeluarkan emosi itu dengan membentak pasangan, memang Anda akan merasa lega. Tapi perasaan lega itu biasanya hanya akan bertahan sesaat.
Mengucapkan kalimat dalam kondisi emosi juga semakin membuat suasana semakin panas. Kalimat yang Anda sampaikan juga belum tentu diterima dengan baik oleh suami. Dia malah bisa salah paham atau cepat lupa dengan kalimat Anda yang sebenarnya mengandung pesan itu. Pasangan yang marah karena dibentak akan bersikap defensif dan stres ketimbang responsif dan memahami perkataan Anda.
Bagaimana agar hal di atas tidak terjadi? Anda harus paham kalau inti dari komunikasi adalah untuk membuat orang lain paham maksud dari apa yang Anda katakan. Jadi ketimbang membentak pasangan, cobalah untuk menenangkan diri dulu beberapa menit sebelum akhirnya mengucapkan kalimat yang memang ingin Anda sampaikan.
Cara lain yang bisa dilakukan, Anda bisa melepaskan emosi atau kemarahan itu dengan berolahraga. Olahraga merupakan penurun stres paling efektif karena setelah melakukan aktivitas tersebut tubuh akan memproduksi hormon endorphin atau hormon kebahagiaan
Intinya, cobalah untuk rehat sejenak saat mengobrol dengan pasangan dalam keadaan emosi. Jangan lanjutkan obrolan tersebut. Setelah emosi reda, baru lanjutkan lagi apa yang tadi Anda dan pasangan bicarakan.
2. Bersikap Kompetitif
Bersikap kompetitif perlu dilakukan agar Anda tidak mudah menyerah dan mau bekerja keras. Namun untuk urusan rumah tangga, sebaiknya sikap tersebut dihilangkan.
Kalaupun Anda kompetisi, lakukan untuk hal yang ringan, misalnya menebak skor pertandingan sepakbola atau ketika bermain bulu tangkis. Selain hal-hal yang berbau permainan, kompetisi bisa merusak hubungan Anda dan pasangan.
Jika Anda terus berusaha bersikap kompetitif dalam setiap perdebatan dengan pasangan, memang Anda bisa saja menang dalam adu argumen itu. Tapi dampaknya Anda akan lebih cepat lelah dan membuat pasangan merasa direndahkan.
Bagaimana mengatasi masalah tersebut? Cobalah untuk berpikir dua kali kalau memang Anda termasuk tipe orang yang selalu ingin menang dari pasangan. Orang tipe ini biasanya merasa tidak memiliki kepercayaan diri secara emosional sehingga dia terus ingin lebih superior dari pasangan.
Belum tentu pasangan suka dengan diri Anda yang selalu berusaha terlihat sempurna. Pasangan juga ingin melihat sisi lemah Anda. Di saat itu mereka bisa menunjukkan kasih sayang dan kepeduliaannya pada Anda.
3. Hanya Berpikir Tentang 'Aku' Bukan 'Kita'
Setelah menikah, tidak sedikit orang yang terus berpikir tentang dirinya saja. Dia seolah lupa kalau kini statusnya adalah suami atau istri orang lain. Saat berpikir tentang 'aku', mereka cenderung fokus pada hal-hal yang memang menguntungkan diri sendiri. Padahal belum tentu hal tersebut juga bermanfaat untuk pasangan atau malah merugikan.
Ketika berkomunikasi, orang yang hanya berpikit tentang 'aku' juga jarang berbicara hal-hal yang berhubungan dengan pasangannya. Mereka hanya terus fokus pada dirinya saja.
Bagaimana cara mengatasinya? Anda harus ingat sebuah pernikahan tidak akan berhasil jika salah satu pihak terus bersikap egois. Lakukan hal yang memang Anda tahu pasangan akan menghargainya.
Sumber