Ustaz Muhammad Arifin Ilham
Saat Ramadhan yang lalu, perwajahan wanita muslim di negeri ini tampak anggun dan lebih Islami. Terutama di media kaca. Mereka (terutama para selebritas) terlihat lebih salihah. Karena ada jilbab (hijab) di wajahnya.
Namun setelah bulan rahmat tersebut berlalu, wajah asli mereka terihat lagi. Aurat mereka ditampakkan kembali. Karena itu bagi sebagian orang jilbab terkesan hanya untuk Ramadhan atau kegiatan keagamaan lainnya.
Di luar itu, jilbab pantasnya diletakkan kembali dan dimasukkan ke lemari kembali. Naudzubillah. Jika dikonfirmasi kepada mereka yang berjilbab saat Ramadhan namun dilepas setelah itu, paling tidak inilah beberapa alasannya.
Pertama, kalau mengenakan hijab, nanti kecantikannya tertutup, terus laki-laki yang ingin melihat wajah aslinya, akan menahan nafsunya. Kalau terus ditahan nafsunya, itu bisa meledak dan ia melampiaskannya dengan melakukan pelecehan!
Nah, pemecahannya, ya berarti harus buka hijab(?). Seandainya jalan pemecahan itu benar, tentu Amerika dan negara-negara barat akan menjadi negara yang paling kecil kasus perkosaan dan pelecehan terhadap wanita di dunia.
Namun pada kenyataannya tidak demikian, bahkan menurut buku Crime in USA terbitan FBI, dikatakan setiap enam menit sekali terjadi kasus pemerkosaan di sana.
Kedua, belum mantap hatinya. Boleh saja benar alasan tersebut, tapi mohon dengan alasan ini hendaknya bisa membedakan antara dua hal. Yakni antara perintah Allah dengan perintah manusia.
Jika perintah itu datangnya dari manusia, maka bisa salah dan bisa benar. Adapun jika perintah itu dari Allah, tidak ada alasan bagi manusia untuk mengatakan, "Saya belum mantap."
Bila masih mengatakan hal itu bisa saja dikatakan keislamannnya belum mantap, padahal ia mengetahui perintah tersebut dari Allah, hal tersebut menyeretnya pada bahaya yang sangat besar, yakni keluar dari agama-Nya, sementara dia tidak menyadarinya.
Dengan begitu berarti ia tidak percaya dan meragukan kebenaran perintah tersebut. Perintah untuk berhijab (kerudung) ada pada QS: Al-Ahzab, ayat 59.
Alasan lain, dikemas diplomatis. "Sebenarnya aku sih pengen banget pake hijab, tapi kalau Allah belum memberiku hidayah. Aku mesti bagaimana? Alasan ini sebenarnya dalih yang menyeret dalam kekeliruan yang nyata.
Kami ingin bertanya: "Bagaimana Ukhti tahu Allah belum memberimu hidayah?" Hidayah itu datangnya dari Allah, namun kita wajib berusaha untuk mendapatkannya. Tanpa ada usaha tidak mungkin ada hasil.
Sumber