Pencapresan Gubernur DKI Jokowi tak mendongkrak suara PDIP secara signifikan. Apa yang salah?
"Sebenarnya, ada kenaikan biar bagaimanapun setelah deklarasi. Karena deklarasi jauh-jauh hari harusnya dilakukan untuk mengeksploitasi nama Jokowi. Tapi yang kita lihat setelah 14 Maret iklan masih diwarnai sosok Puan dan bukan sosok yang dijadikan elektoral," kata pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya kepada
Selain itu kampanye yang dilakukan PDIP juga terbelah menjadi dua. Yakni kampanye yang dilakukan Jokowi dan Indonesia Hebat yang digaungkan Puan Maharani.
"Yang akhirnya muncul adalah gerakan setengah hati mencapreskan Jokowi, ini yang menyebabkan kenaikan elektoralnya tidak signifikan. Jadi Jokowi effect ini malah mengalami kendala di internalnya sendiri, dibatasi dalam kalangan internalnya sendiri, itu problem," kata Yunarto.
Tren quick count yang dilakukan oleh Cyrus Network dan CSIS menunjukkan perolehan suara PDIP di kisaran 18-19 %. Angka ini jauh di bawah target Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri meraih 30% suara. Dengan raihan pada kisaran itu PDIP belum bisa mengajukan capres sendiri, harus ada jalinan koalisi untuk mengusung pencapresan Jokowi.
Berikut hasil quick count sementara Cyrus Network-CSIS sesuai nomor urut partai:
1. NasDem: 6,5%
2. PKB: 9,8%
3. PKS: 6,6%
4. PDIP: 18,7%
5. Golkar: 14,6%
6. Gerindra: 11,9%
7. PD: 9,1%
8. PAN: 7,8%
9. PPP: 6,8%
10. Hanura: 5,5%
14. PBB: 1,6%
15. PKPI: 1,1%
Data Masuk: 57,6%
Sumber