Secara garis besar, gejala depresi adalah munculnya perasaan emosional seperti sedih dan tak punya harapan. Namun ternyata depresi juga terlihat dari gejala fisik, meliputi mual, diare, nyeri dan perubahan berat badan. Masalahnya tak banyak yang bisa membedakan mana yang diare betulan dan mana diare yang disebabkan oleh depresi.
Untuk itu jangan pernah abaikan gejala fisik dari depresi, bahkan ini bisa jadi gejala awal terjadinya depresi pada seseorang. Dengan mengetahui hal ini, ini akan membantu dokter dalam menentukan diagnosisnya dan obat yang tepat agar pasien tertangani sejak dini.
Ini 8 gejala fisik dari depresi yang perlu Anda tahu
1. Gangguan pencernaan
Sakit perut kerap ditemukan pada orang-orang yang mengalami depresi atau gangguan kecemasan, terutama pada anak-anak dan remaja. Menurut Haight ini biasanya ada kaitannya dengan urusan akademis atau hubungan dengan teman-teman mereka.
Namun orang dewasa yang menderita depresi juga sering bermasalah dengan pencernaannya, misalnya mual dan diare. Sejumlah gangguan pencernaan seperti penyakit Crohn dan colitis (radang usus besar) juga dapat diperburuk oleh stres dan depresi.
2. Sakit kepala
Sakit kepala penyebabnya beragam dan terkadang bisa jadi pertanda terjadinya depresi. Meski terlihat biasa saja, orang yang mengalami depresi kerapkali melapor jika sakit kepala yang dialaminya cenderung memburuk di pagi dan malam hari.
Jenis sakit kepalanya pun cenderung yang tegang. "Ketika seseorang merasa tertekan, otot leher dan kulit kepalanya cenderung menegang. Mereka mungkin tidak menyadarinya dan sering mengalami nyeri kepala," tutur Haight
3. Susah tidur
Depresi membuat seseorang susah tidur atau sering terbangun di tengah malam dan tak bisa tidur lagi.
"Namun apabila susah tidurnya terjadi lebih dari dua minggu, maka Anda tampaknya perlu mulai berpikir apakah ini berkaitan dengan gangguan emosional yang mungkin Anda alami atau tidak," kata Haight.
4. Sakit punggung
"Ada hubungannya antara seberapa baik cara seseorang mengurus dirinya sendiri dengan gejala depresi yang dialaminya," ujar Haight.
Menurutnya, orang yang depresi cenderung malas berolahraga dan kurang fokus pada kebiasaan makan yang sehat. Saat itulah mereka akan cenderung lebih sering mengalami nyeri fisik, terutama di punggung, otot-otot atau persendian. Dan jika seseorang sebelumnya sudah menderita nyeri kronis, maka depresi hanya akan memperburuk kondisinya.
5. Kelelahan
Kata Haight, kelelahan atau kurang tenaga dan depresi saling mempengaruhi satu sama lain. Saking eratnya hubungan keduanya, sampai tak bisa dibedakan mana yang datang terlebih dulu, depresinya atau kelelahannya.
"Itulah mengapa ketika seseorang berhasil mengatasi gangguan kecemasan dan depresinya, maka mereka merasa begitu 'hidup' dan berenergi," imbuhnya.
6. Selera makan berubah
"Perubahan selera makan menjadi salah satu gejala depresi karena orang-orang kerap menggunakan makanan untuk mengatasi tekanan emosional dan kesedihan yang dirasakannya," terang Haight
Waspada jika perubahan selera makan itu berlangsung lebih dari beberapa minggu. Konsultasikan pada dokter untuk mengetahui apakah ini ada hubungannya dengan depresi atau gangguan kesehatan lainnya atau bahkan keduanya.
7. Berat badan naik-turun
Berat badan yang naik turun dapat dikaitkan dengan perubahan pola makan dan tingkat aktivitas.
"Terkadang orang yang depresi menghabiskan waktunya untuk tidur, bahkan hingga 12 jam perhari sehingga mereka jadi tak begitu aktif, karena itu berat badan mereka naik. Sebaliknya, apabila selera makannya berubah dan kurang makan maka dipastikan berat badannya akan turun," papar Haight.
Perhatikan jika berat badan Anda naik dan turun tanpa ada alasan yang jelas, karena ini bisa jadi gejala depresi, meski tak menutup kemungkinan adanya pengaruh gangguan kesehatan lainnya.
8. Nyeri dada
Apabila Anda mengalami nyeri dada, segera cari pengobatan yang tepat. Pasalnya nyeri dada bisa jadi gejala serangan jantung atau gangguan kesehatan serius lainnya, termasuk gangguan mental atau emosional.
"Nyeri dada kerapkali dikaitkan dengan serangan panik, yang menunjukkan adanya masalah kecemasan pada seseorang. Padahal ketika seseorang mengalami serangan panik, ia tahu-tahu bisa mengalami palpitasi jantung dan sesak nafas, seperti halnya ketika terjadi serangan jantung," terang Haight.
Hal ini dapat dipastikan dengan pemeriksaan dokter. Jika ia menyimpulkan bahwa nyeri dada Anda bukanlah indikasi serangan jantung atau gangguan lainnya, bisa jadi itu karena depresi.
Sumber